berikut ini kelanjutan dari cerita Puyang Gana, sebenarnya lebih tepat ini cerita SABUNG MENGULUR dan isterinya bernama PUKAT MENGAWANG. karena ini cerita Puyang Gana dan saudara-saudaranya sampai akhirnya ada hubungan dengan cerita Aji Melayu, cerita ini saya beri judul Cerita Aji Melayu, karena cerita tentang Aji Melayu sangat Terkenal dalam Masyarakat Kalimantan Barat khususnya Sintang dan sekitarnya. dan bagi yang belum membaca cerita Puyang Gana, wajib membacanya, karena ini keanjutan ceritanya.
Anjuran-anjuran Puyung Gana, diperhatikan semuanya dan dikerjakan oleh anak-anak itu dengan penuh keyakinan. Karena telah dikerjakan dengan sebenarnya, akhirnya mereka telah mendapat hasil yang luar biasa banyaknya. Maka diadakan pesta tujuh hari tujuh malam. Sementara mereka dalam suasana kegembiraan yang luar biasa ini, turunlah mereka mandi kesungai. Dan bersimburanlah dengan air anak-anak itu. Adat sekarang masih berlaku pada suku ini, Namun demikian karena akhirnya Putung Kempat ditimpa penyakit kusta. Mula-mula hanya terasa gatal pada kulitnya. Penyakit ini sukar sekali obatnya. Dan memang pada waktu itu belum mempunyai obat. Untuk hidup bersama dalam waktu-waktu yang cukup lama tidak mungkin. Mereka takut terjangkit juga penyakit kusta.
Dan kakak beradik itu mencari akal, untuk menyingkirkan Putung Kempat. Akhirnya dicapai kesepakatan untuk membuat sebuah rakit. Putung Kempat didudukkan di atasnya, dilengkapi dengan segala keperluan hidupnya. Lalu kemudian ia dihanyutkan ke sungai Sepauk. Kakak beradik ini mempunyai sebuah piring pusaka yang amat besar. Dalam piring itulah Putung Kempat didudukkan. Sungguhpun piring pusaka itu besar, tapi kaki Putung Kempat masih terjuntai-juntai menyapu air. Sambil berhanyut, kakinya dengan bau yang merangsang mengundang ikan-ikan untuk datang menjilat luka-luka pada kakinya. Dan lukanya sembuh dengan hasil jilatan ikan selama perjalanan rakit yang berminggu-minggu lamanya di atas sungai Sepauk. Suatu ketika rakit yang ditumpangi oleh Putung Kempat itu terdampar pada sebuah batu besar. Rakit itu tak dapat bergerak beberapa hari lamanya. Sementara ia terdampar dan tak berdaya, datanglah kijang yang mencium serta menjilat bekas dan sisa-sisa luka. Pelanduk/kancil pun turut berandil menyembuhkan luka-luka Putung Kempat. Dari kisah inilah penduduk daerah ini tidak suka makan daging Kijang dan pelanduk.
Dengan tak diduga-duga sama sekali, datanglah banjir dari hulu sungai. Banjir itu menyerang rakit Putung Kempat, membawa dia beralih mengalir lebih ke hilir sungai Sepauk. Disana terpancang sebuah bubuh ikan Aji Melayu. Dan di situlah rakit Putung Kempat tersangkut. Nasib mujur bagi Putung Kempat karena tersangkut pada bubuh ikan Aji Melayu. Pagi-pagi Aji Melayu menuju bubuhnya. Ia heran melihat seorang wanita cantik telah terpancang, bagaikan penunggu bubuh yang setia. Aji Melayu kemudian memberanikan diri mendekati wanita itu. Apalagi ia tahu bubuh itu adalah miliknya. Dan dengan perasaan malu bercampur gembira, Aji Melayu mencoba menyapa wanita itu: "Mengapa sampai terdampar ke bubuh ini?" Maka Putung Kempat menjawab: "Saya diasingkan oleh saudara-saudara saya, karena saya menderita penyakit kusta." Maka Aji Melayu membujuk Putung Kempat untuk dibawa ke rumah Aji Melayu. Aji Melayu menjadi lupa akan bubuhnya yang telah berisi ikan.
Bekas-bekas luka masih nampak pada diri Putung Kempat. Aji Melayu dengan pengetahuan yang ada padanya, berusaha mengobatinya. Dan kemudian ternyata Putung Kempat menjadi sembuh dari penyakit kusta yang telah dideritanya cukup lama itu. Kesembuhan Putung Kempat lebih menambah kecantikan dirinya. Kini kasih sayang Aji Melayu lebih bertambah. Aji Melayu kemudian merencanakan untuk mengawini Putung Kempat. Menurut dugaannya, lamarannya pasti tidak akan ditolak. Apalagi ia merupakan seorang raja kecil di kampungnya itu. Belum lagi dengan kemanusiaannya ia telah menolong mengobati penyakit kusta Putung Kempat. Maka lamaran Aji Melayu pun diajukan, Putung Kempat ketika menerima lamaran ini tidak bersikap masa bodoh. Tapi ia mulai menunjukkan aksinya. Ia ingin mengadakan ujian kesaktian dengan Aji Melayu. Putung Kempat ingin menguji dan mengetahui dengan jelas apakah Aji Melayu benar keturunan raja. Dan Putung Kempat merentangkan tali menyeberangi sungai. Di atas tali terentang ini Putung Kempat memohon dengan hormat agar Aji Melayu berjalan kaki menyeberangi sunagi itu. Sambil berjalan menyeberang dianjurkan harus mungacip pinang. Suatu ujian yang sangat berat buat Aji Melayu. Namun demikian Aji Melayu tidak gagal. Aji Melayu sukses dalam ujian yang maha berat itu.Tempat dimana tali diikatkan, sampai sekarang bernama "lawang tinjau." Dan kini Aji Melayu membalas uji, ingin mengetahui siapakah sebenarnya si Putung Kempat. Dan Ujian inipun dapat dilalui oleh Putung Kempat. Dan akhirnya keduanya mengikat tali kasih berupa hidup sebagai suami-isteri. Dari hasil perkawinan ini kemudian keduanya mendapat seorang anak perempuan. Ia diberi nama "DAYANG LENGKONG."
Aji Melayu adalah seorang yang bijaksana dan berani. Ia menjadi seorang raja kecil dalam daerah Sepauk. Ia seorang raja yang kaya. Kekayaannya tersimpan dalam satu gudang, terisi dalam tujuh buah tajau/tempayan. Konon menurut cerita, kekayaan Aji Melayu sampai kini masih ada sisanya. Batu peninggalan tanda kerajaan Aji Melayu masih terdapat dan masih dipelihara baik oleh rakyat. Mereka menamakannya "Batu Pujaan" atau "Batu Kalbut." Sampai sekarang masih dapat dilihat kedua batu tersebut. Begitu juga dengan makam Aji Melayu di Nanga Sepauk. Akan halnya Putung Kempat yang telah lama hilang dari saudara-saudaranya, kini telah timbul kerinduan di kalangan saudara-saudaranya untuk bertemu kembali. Tapi dimana mereka akan menemuinya? Di manakah tempat terdampar rakitnya? Apakah Putung Kempat masih hidup? Hanya saja ada berita-berita angin yang menyatakan bahwa Putung Kempat berada di hilir sungai Sepauk. Maka kelima bersaudara itu berusaha untuk menemuinya. Dalam pikiran mereka, mudah-mudahan Putung Kempat masih hidup. Kemudian datang berita bahwa Putung Kempat telah kawin dengan seorang raja. Hanya ada satu hal yang sulit, yaitu menemui raja Aji Melayu, ipar mereka, tidak semudah menangkap seekor semut putih. Kalau mendatangi Aji Melayu pasti menemui ajal, karena kena racun. Tapi Bui Nasi tidak takut untuk menemuinya.
Bui Nasi mempunyai kesaktian pribadi yang cukup ampuh. Ia dapat mengirim orang-orangan patung atau boneka sebagai pengganti dirinya guna menghabiskan segala racun. Kembalinya orang-orangan itu, membuktikan mereka tidak usah takut masuk ke rumah Aji Melayu. Maka mereka masuk dengan bebas Aji Melayu menjadi kaget melihat lima orang yang tidak atau belum pernah dikenal. Kemudian mereka memperkenalkan diri Aji Melayu mengambil posisi untuk menanyakan dari mana asal mereka. Sesudah mendengar penjelasan dari kelima bersaudara itu, Aji Melayu menyuruh mereka untuk tidur dengan Putung Kempat di atas daun pisang. Dengan syarat daun pisang itu tidak boleh pecah/sobek sedikit juapun. Suatu ujian yang menyakinkan dari Aji Melayu, kalau benar-benar mereka itu bersaudara kandung dengan Putung Kempat. Tantangan ini bagi Bui Nasi tidak menjadi halangan atau rintangan. Dalam perlakuan ini Aji Melayu mengintip dengan tombak dari atas loteng. Ia merencanakan, bila daun pisang itu sobek atau pecah, segera ia menombak mereka. Tapi apa yang terjadi. Sampai pagi hari, daun pisang yang dipakai untuk tidur itu, sedikitpun tak ada yang sobek. Ujian yang berat inipun belum cukup memuaskan bagi Aji Melayu. Ia masih ingin menguji sekali lagi. Aji Melayu curiga terhadap kelima bersaudara yang datang menemui Putung Kempat ini. Dalam hatinya berkata mungkin mereka ini adalah mata-mata musuh, dari Aji Kumbang.
Aji Melayu kemudian menguraikan segala soal permusuhannya dengan Aji Kumbang yang berdiam di Batu Kantuk, sebelah hulu sungai Kapuas, daerah Belitang. Kemudian Aji Melayu mengatakan: "Kalau kiranya Aji Kumbang masih hidup, maka hidupku tidak pernah tenang." Pertahanan Aji Kumbang sangat kuat. Bentengnya terdiri dari aur berduri. Sukar ditembus musuh. Saya telah berulang kali menyerang tapi selalu gagal. Dan untuk meyakinkan saya bahwa kamu enam orang ini bersaudara, tolonglah saya. Kalahkan dan tewaskan Aji Kumbang. Tawaran ini diterima baik oleh kelima orang bersaudara itu terutama Bui Nasi. Segera kelima saudara itu berunding. Selesai berunding, Bui Nasi dengan empat saudaranya berangkat menuju pertahanan Aji Kumbang, serta meninggalkan pesan: "Ingat baik-baik, bila kelihatan berhanyutan bambu aur, kerahkanlah pasukan bantuan Aji Melayu"! Pesan yang membayangkan kemenangan itu tetap diingat oleh Aji Melayu. Maka berangkatlah kelima orang bersaudara itu dengan menyamar sebagai pedagang. Pertemuan mereka dengan Aji Kumbang berlangsung dalam suasana ramah tamah. Aji Kumbang tidak menaruh curiga sedikit jua pun. Aji Kumbang adalah seorang yang tamak dan loba harta. Siapa saja pedagang yang datang kedaerahnya, diterima dengan ramah. Pertemuan yang ramah ini, digunakan sebaik-baiknya oleh Bui Nasi untuk memainkan peranan yang penuh dengan siasat. kekayaan emas, intan dan batu permata yang beraneka indah dan lain sebagainya itulah yang menjadi pusat perhatian Bui Nasi untuk membingunkan pikiran Aji Kumbang.
Bui Nasi kemudian berterus terang kepada Aji Kumbang bahwa ia sangat bermusuhan dengan Aji Melayu yang jahat itu. Bui Nasi kemudian menerangkan seluk-beluk persoalan mereka sehingga meyakinkan Aji Kumbang. Akhirnya Aji Kumbang menjadi turut simpati dan siap membantu menyerang bersama Bui Nasi. Mereka menyusun siasat tempur. Semua usul Bui Nasi dituruti oleh Aji Kumbang tanpa pertimbangan dan kecurigaan apa-apa. Bui Nasi mengusulkan agar Aji Kumbang jangan menyesal akan kekayaan yang ada padanya. Sebaiknya harta itu digunakan untuk mengupah rakyat, demi suksesnya penyerangan. Tanpa pikir panjang dan karena yakin serta percaya akan Bui Nasi diserahkannya seluruh emas, perak, intan berlian serta batu permata. Sebaliknya Bui Nasi dengan roman munafiknya menggambarkan dendam kesumat terhadap Aji Melayu. Dan berangkatlah mereka sepasukan diwaktu malam gelap menuju Aji Melayu.
Tapi apa yang terjadi sesudah mereka pamitan dengan Aji Kumbang. Mereka menyimpang ke benteng pertahanan Aji Kumbang. Di sekitar benteng itulah Bui Nasi menghamburkan seluruh harta benda bawaannya. Sengaja supaya rakyat Aji Kumbang memberitahukan kepada Aji Kumbang. Mendengar itu, maka bergeloralah hati Aji Kumbang untuk mendapatkan harta itu, yang sebenarnya adalah hartanya sendiri. Dengan gembira ia memerintahkan seluruh rakyat pergi membongkar mencabut bambu aur berduri untuk mengumpulkan harta benda yang berharga itu. Bambu dicabut dan kemudian hanyut ke sungai Kapuas. Kini bambu pertahanan Aji Kumbang habis dicabut. Aji Kumbang tidak takut lagi terhadap serangan Aji Melayu. Ia percaya dan yakin akan siasat dan janji Bui Nasi. Di lain pihak, Aji Melayu siap siaga menunggu dengan cermat, kapan bambu akan hanyut sebagai kode membantu serangan Bui Nasi untuk menghancurkan Aji Kumbang. Tiba-tiba ia melihat hanyutan bambu tak henti-hentinya. Dan melompatlah ia dari tempat duduknya serta berseru: "Pasukan supaya segera berangkat membantu Bui Nasi."! Serangan yang teratur rapih, menjadikan Aji Kumbang tak berdaya dan tewas tanpa perlawanan. Kemenangan gemilang ini telah cukup meyakinkan Aji Melayu, mengenai kakak beradik Bui Nasi dan Putung Kempat.
Kini mereka jadi hidup bersama, damai dan rukun. Telah sekian lama hidup bersama, dan perasaan rindu pulang ke hulupun timbul lagi. Dan mereka berpamitan pada Aji Melayu. Mereka pulang dengan perasaan gembira sebab telah bertemu dengan Putung Kempat yang telah hidup sehat dan senang dengan seorang raja. Karena gembira yang tak terperikan, setibanya di kampung halaman, langsung dipukulkan gong pusaka. Suara gong pusaka di atas tempat yang tinggi, bergemuruh bunyinya dan menjangkau anak telinga Putung Kempat yang sedang mengandung. Suara gemuruh menderu itu sangat mengejutkan dan mempengaruhi kesehatan Putung Kempat. Ia jatuh sakit. Dalam keadaan sakit itu pula, ia melahirkan puterinya yang pertama. Dayang Lengkong. Sakitnya berlangsung cukup lama dan sukar untuk sembuh. Bermacam-macam cara yang telah dilakukan oleh suaminya. Aji Melayu, tapi semuanya itu sia-sia. Pada suatu hari, Aji Melayu bertanya kepada Putung Kempat, apa mulanya sakit itu. Putung Kempat mengatakan bahwa asal mula ia sakit itu ialah ketika mendengar bunyi Gong Pusaka milik mereka di gunung Kujau. Aji Melayu menjadi sangat marah mendengar jawaban itu, dan ia ingin membalas dendam. Dan berangkatlah ia dengan perahu. Tapi sementara dalam perjalan, timbul kerinduan akan anak-isteri. Apalagi roman muka mereka selalu terbayang. Terpaksa ia memutar kembali pulang ke rumah. Berulang kali peristiwa ini terjadi. Dan pada suatu saat Putung Kempat mengusulkan membuat dua buah patung yang bentuknya sama dengan ia dan anaknya. BIla teringat dan rindu, pandanglah kedua patung itu. Usul ini disetujui.
Akhirnya Aji Melayu sampai juga di puncak gunung Kujau. Ia bertemu dengan Bui Nasi, dan seluruh keluarganya. Pertemuan yang diselumuti emosi balas dendam. Aji Melayu menjadi kehilangan keseimbangan. Ia naik pitam sebelum menjelaskan maksudnya. Bukan merundingkan bagaimana cara mengobati Putung Kempat, tapi pertarungan antara ipar, yang menjadikan Aji Melayu tewas. Sebenarnya Bui Nasi tidak ingin berkelahi dengan iparnya, tapi karena Aji Melayu terlebih dahulu menyerang. Maka Bui Nasi mendekati meriam pusaka yang bernama "GEGAR SEPETANG." Dengan menembakkan meriam pusaka ini, dunia dibungkus dengan gelap gulita, diikuti petir, halilintar hujan dan banjir yang dahsyat. Sungai Sepauk menjadi meluap airnya. Gong Tengkang jatuh ke sungai Sepauk. Untung tidak hanyut dan hilang. Sampai kini Gong tersebut masih bisa kelihatan jika air surut (surut kemarau). Bagi penduduk sekitarnya, gong itu dianggap keramat. Mayat Aji Melayu dimakamkan di Naga Sepauk.
itulah cerita Aji Melayu
untuk cerita Puyang Gana klik: cerita Puyang Gana
Sumber : Bunga Rampai Ceritera Rakyat Daerah Kalimantan Barat
cerita Aji Melayu
4/
5
Oleh
Om Ebet
0 Komentar untuk "cerita Aji Melayu"