Suku Dayak seberuang riwayatmu kini

Suku Dayak seberuang riwayatmu kini

hallo sahabat sintang online, apa kabar kalian semua, semoga selalu dalam keadaan terbaiknya amin,,
btw sudah lama sekali tidak membicarakan sesuatu di blog ini, mungkin kali ini kita perlu membahas atau bercerita sedikit tentang suku dayak, khususnya dayak seberuang.

saya adalah orang dayak, dan kemarin-kemarin saya sempat melakukan penelitian untuk kebutuhan akademis saya yang saya angkat dengan judul "kedudukan Hukum adat dalam lingkungan masyarakat adat dayak seberuang di desa benua kencana" tujuan saya meneliti ini adalah untuk mengetahui bagaimana kekuatan suatu hukum yang tidak tertulis didalam masyarakatnya pada era modern sekarang, tujuan lain juga adalah memperkenalkan suku saya sendiri dalam suatu bentuk studi dalam skripsi yang berharap ada yang mau membaca dan mengetahui sedikit tentang suku saya, yaitu suku dayak seberuang.

pada penelitian saya, saya menemukan banyak hal-hal unik, saya banyak bertememu tetua-tetua adat dayak seberuang, saya banyak belajar disitu

terlepas dari hasil penelitian, disini saya akan bercerita sedikit tentang suku dayak masa ke masa, menurut hasil observasi dan wawancara serta diskusi non formal.

1. ternyata suku dayak seberuang adalah suku pengembara
ya poin satu ini adalah , ternyata suku dayak seberuang adalah suku pengembara, singkat cerita, suku dayak seberuang berada di daerah pedalaman Sungai seberuang yang terletak di perbatasan kapuas hulu dan sintang tepatnya di sejiram, menurut curhat para tetua-tetua di sana, orang dayak seberuang yang sekarang berada di desa benua kencana dan di daerah lain, bisa disebut suku dayak seberuang lari/pengembara, mereka migrasi besar-besaran pada masa itu tidak tahu pasti tahunnya namun yang jelas, menurut cerita mereka lari dari suatu suku yang mereka segani, mereka kalah dalam hal kekuatan baik itu ilmu atau pertempuran, konon, saking takutnya suku ini, mereka mengalami gejolak yang teramat besar membuat mereka terpaksa untuk meninggalkan kampung halamannya, ada juga versi lain yang mengatakan bahwa suku dayak seberuang memang suku yang sanggat gemar mengembara dan menjelajah hulu sungai, entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi yang jelas bahwa suku dayak seberuang dan tanah seberuang berada di sungai seberuang.

namun ada cerita lanjutannya yang mengatakan bahwa, suku dayak seberuang migrasi besar-besaran pada masa itu, dan menyebar, namun mereka punya perjanjian yang unik, yaitu dimana ada suara "Raung"(jenis kodok/katak yang memiliki kulit kasar kayak pasir hehe) maka disitulah mereka akan tinggal, dan disitulah tempat atau keberadaan suku dayak seberuang, dimana ada raung disitu ada suku dayak seberuang.

nah itulah salah satu cerita unik dari suku dayak seberuang, namun percaya tidak percaya memang benar bahwasanya dimana ada suara "Raung" disitu pasti ada suku dayak seberuang, khususnya di pedalaman kalimantan.

2. suku dayak tanpa tato
ternyata suku dayak seberuang di desa benua kencana, sedikit berbeda dengan dayak lain, yaitu biasanya pada suku dayak lain, tato adalah hal yang sanggat biasa dan bahkan ada suku-suku tertentu yang mewajibkan sukunya bertato, nah didalam suku dayak seberuang menurut pengamatan saya didesa benua kencana kecamatan tempunak, mereka tidak memiliki tradisi bertato, entah apa alasannya pada saat itu saya sampai bertanya kepada tetua adat disana dan jawaban mereka hanya mengatakan, tidak semua orang bisa atau boleh bertato, di suku dayak seberuang, memang jarang melihat orang yang bertato dengan corak-corak tertentu, menurut mereka bahwa orang bertato memiliki derajat yang berbeda artinya orang-orang yang berani bertato adalah rang-orang yang bisa mempertanggungjawabkan tatonya, namun bukan bearti suku dayak seberuang tidak boleh bertato lo ya,, itu hanya bukan tradisi mereka, bahkan banyak sekarang masyarakatnya yang bertato namun dalam tanda kutip tato BIASA hanya mengikuti trend aja, jadi dapat saya simppulkan bahwa suku dayak seberuang bukan suku yang identik dengan tato, terlepas dari apa alasannya namun yang jelas mereka menganggap orang-orang tertenu dan mereka menilai dirinya sendiri apakah pantas atau tidak mengenakan corak-corak tertentuk untuk digoreskan dikulit atau tubuhnya, memang suku yang introspektif.

3. sebenarnya masih banyak hal-hal unik yang ada dalam masyarakat adat suku dayak seberuang didesa benua kencana, seperti gaya hidup, ritual unik dan pola pikir, namu disini kita akan berbicara topik lain selain hal unik tersebut.

setelah saya menceritakan hal unik yang saya temukan sendiri dalam lingkungan masyarakat adat dayak seberuang, sekarang saya akan membahas apa saja penemuan-penemuan saya diluar dari hasil penelitian saya,.

yang perlu kita ketahui sob, suku dayak seberuang memang suku yang identik dengan alam dan pedalaman, tapi tahukah anda beerapa hal yang saya temukan ini ternyata jauh dari yang kita fikirkan:

1. madern
siapa bilang suku dayak seberuang kolot, norak, tradisional dan primitif, seperti yang saya temui dilapangan, ternyata suku dayak seberuang dulu dan sekang sangat jauh berbeda, dari segi pola pikir, suku dayak seberuang sudah maju, kebanyakan dari mereka bisa membaca dan menulis, dan bisa berbahasa indonesia, mereka juga sangat mengenal betul perkembangan zaman, seperti informasi, teknologi dll, tak jarang mereka memiliki perangkat-perangkat moderen dalam kehidupan tradisional mereka, sebagai contoh, mereka bisa menggunakan alat-alat pemotong rumput, senso pemotong kayu, dll, mereka hebat dalam hal itu, mereka bisa memanfaatkan kemajuan dan perkembangan teknologi serta perkembangan zaman tanpa harus meninggalkan adat istiadatnya.

2. mereka tak sekejam yang ada dalam presepsi banyak orang
mereka suku dayak pada umumnya yang dianggap sangat kejam dan menakutkan bagi banyak orang, terutama dari mereka yang belum pernah mampir ke kehidupan rang dayak, banyak teman saya di kampus yang mengatakan, suku dayak menakutkan, suku dayak kejam, dan mereka primitif, dan saya menanyakan dari mana anda mengambil presepsi itu, ternyata pemahaman tersebut merka dapatkan dari dunia online, dari mulut ke mulut, dan dari tragedi sampit.

padahal itu semua tidak lah benar kalau suku dayak kejam, primitif, banyak ilmu, dan mereka patut diwaspadai, mengapa saya berani mengatakan demikian, karena pada dasarnya sebelum anda melihat langsung ke sana, anda tidak akan benar-benar tahu seperti apa watak suku dayak yang sebenarnya.

disini saya mengambil contoh bahwa suku dayak tidak kejam dan tidak perlu ditakuti adalah:
suku dayak seberuang sangat terbuka dengan dunia luar, mereka tidak pernah membunuh orang kok, mereka bahkan sangat senang jika ada orang asing yang datang dan menyapa mereka, suku dayak seberuang bisa menyesuaikan diri dengan alam, mereka juga bisa menyesuaikan diri dengan zaman, seperti yang saya jelaskan bahwasanya, dayak bukan hanya kejam, tetapi mereka juga buas, kepada hewan buruan mereka hehe,,

serius saya akan menjamin keselamatan anda, ketika anda datang ke lingkungan masyarakat adat dayak seberuang dengan itikat baik, saya berani jamin itu, kalian akan dijamu, karena suku dayak seberuang memiliki moto yang sangat bagus:"anang ke urang, ukui naik kerumah diberik makai" yang artinya, jangankan orang, anjing datang kerumah aja di kasi makan.
WHy?, alasannya jelas, mereka sangat menghargai kehidupan.


DAYAK SEBERUANG DULU DAN SEKARANG
dari berbgai referensi dan pengalaman saya sendiri melihat secara langsung, perbedaan dayak seberuang yang dulu dan sekarang sangatlah berbeda, dulu suku dayak mengenal yang namanya kayau (berburu kepala) sekarang tidak, dulu dayak seberuang sanggat tertutup, sekarang mereka welcome, dulu dayak seberuang bodoh sekarang mereka pintar, dulu dayak seberuang takut dengan perkembangan jaman, sekarang mereka takut adat-istiadat dan tradisi mereka tergerus oleh zaman itu sendiri.

dalam dunia modern, memang banyak hal-ha positif namun banyak juga dampak egatif terhadap, hal-hal yang berbau tradisional, bukan hanya suku dayak, suku-suku lain juga merasakan betapa dampak negatif dari perkembangan zaman, banyak hal-hal yang berbau tradisional perlahan-lahan hilang, namun beruntungnya masyarakat tradisional sudah mulai menyadari bagaimana tetap bertahan dalam serangan jaman.
saya tidak bisa menyimpulkan apa-apa disini, saya hanya ingin mengatakan bahwasanya adat itu baik, kemajuan juga baik, adat atau tradisi adalah identitas suatu bangsa yang seharunya dipertahankan dan dilestarikan jangan sampai kehangan identitas itu hanya karena zaman.
kemajuan dan perkembangan zaman memang sanggat baik, namun alangkah bijaknya jika kita bisa menyaring apa yang pantas dan tidak pantas, bagaimana seharusnya menyikapi perkembangan itu, disini saya ingin sampaikan bahwa perkembangan zaman tidak bisa dilawan, tapi bisa kita manfaatkan, dengan kemajuan zaman, maka akan banyak kemudahan, zaman itu baik, yang tidak baik hanyalah kesalahan dalam menerima dan memaknainya.

mungkin begitu aja cerita saya, karena tangan sudah mulai keram, hehe, dan kata-kata sudah ngaur juga, semoga saja kita bisa bijak dalam hidup ya sob. 😊😊

Kongres Dayak Internasional 26-27 juli 2017

Kongres Dayak Internasional di pontianak 26-27 juli 2017
tribun Pontianak
Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) akan menggelar Kongres Dayak Internasional pertama kali di rumah Radakng Jalan Sutan Syahrir Kota Pontianak dengan menghadirkan para menteri RI dan tamu internasional pada 26-27 Juli 2017.
Hal tersebut, diungkapkan ketua panitia Kongres Dayak Internasional, Alexius Akim yang juga adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar didampingi panitia lainnya, Marcelinus yang adalah Kepala Dinas Kehutanan Kalbar dalam konferensi pers di Cafe Redzone Jalan Ahmad Yani Pontianak, Jumat (21/7/2017). "Lanjut baca artikel: tribun Pontianak

Festival Budaya Borneo 4 Negara 28-30 juli 2017 TMII

festival budaya borneo 4 negara diselenggarakan di tmii

hallo teman semua, Sintang.online ada info nih,,buat teman Suku Dayak dan semuannya deh, bahwa Festiva Pesona Borneo 2017 akan segera diselenggarakan, yang diikuti oleh 4 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei, yang rencananya akan diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah pada tanggal 28-30 Juni ini. dan berita ini sudah tersebar di beberapa media pemberitaan online terpercaya seperti travel.tempo.co, kliktenggarong.com, merahputih.com, dll.

berikut gambaran Festival Pesona Borneo 2017 dikutip dari jawalevent.web.id
Tema : “Dengan Budaya Kita Bangun Masyarakat untuk Lebih Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Festival Pesona Budaya Borneo 2017 rencananya akan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo/Presiden MADN, Bapak Drs. Cornelis M.H. dan dihadiri oleh para Menteri Kabinet Kerja Republik Indonesia serta para Gubernur, Duta Besar Negara Sahabat, Ketua DAD Provinsi se-Kalimantan, para Deputi Presiden MADN dan Walikota/Bupati, Tokoh Adat se-Kalimantan serta Pengusaha dan masyarakat luas.

Program acara:
  • Pagelaran Seni dan Budaya Dayak
  • Pameran Produk Unggulan Daerah dan Karya Inovatif Pemerintah Daerah
  • Kalimantan Investment Forum 2017
  • Dayak Art Carnaval 2017
  • Dayak Innovation Award 2017
  • Lomba Photo Pesona Borneo
  • Lomba Film Pendek Pesona Dayak
  • Dayak Night & Fun
  • Untuk informasi acara, reservasi stand dan paket sponsor silakan hubungi Syafril di kontak yang tertera.

Info dan kontak:

Syafril
Telp 1: 081288294818
Telp 2: 087889474919

dikutip dari travel.tempo.co dan kliktenggarong.com: Festival Budaya Borneo 2017 yang diikuti peserta Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei akan dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 28 - 30 Juli 2017 mendatang.

Festival yang menjadi sarana promosi dan publikasi seni dan budaya masyarakat Dayak, Kegiatan tersebut merupakan representasi kekayaan kearifan lokal masyarakat Dayak, baik dalam bentuk seni budaya Dayak maupun kultur pembaruan yang dijiwai semangat Bhineka Tunggal Ika.

“Kegiatan ini merupakan sarana promosi dan publikasi seni dan budaya masyarakat Dayak," kata Ketua Majelis Adat Dayak Nasional Cornelis dalam siaran pers.

Festival ini akan menampilkan pameran produk unggulan Kalimantan, pagelaran kesenian Dayak, Dayak, pawai budaya dan kesenian Kalimantan Art Carnaval 2017 dan Kalimantan Investment Forum. Selain itu, ajang penghargaan Kalimantan Innovation Award 2017, Kalimantan Night and Fun 2017 beserta lomba fotografi serta film pendek.

Suku Dayak Kalimantan/Borneo

SUKU DAYAK KALIMANTAN/BORNEO
Presiden Jokowidodo mengenakan pakaian adat dayak kalimantan

daftar pembahasan:
1.Dayak
2.Istilah dan Arti Kata Dayak
3.Rumpun Dayak
4.Sub-Sub Suku Dayak borneo/kalimantan. 

DAYAK
Dayak adalah nama yang oleh penduduk pesisir borneo/kalimantan diberikan kepada penghuni pedalaman yang mendiami Pulau Borneo/Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Utara). Ada 5 suku atau 7 suku asli Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau dan Tidung.

Istilah dan Arti Kata “DAYAK”
Istilah dan arti kata Dayak itu sendiri masih bisa diperdebatkan, karena secara Teori istilah dan arti kata dayak adalah sebagai berikut:

Istilah Dayak
Istilah Dayak paling umum digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau Kalimantan. Ini terutama berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada suku-suku Dayak yang Muslim namun tetap termasuk kategori Dayak walaupun beberapa di antaranya disebut dengan Suku Banjar dan Suku Kutai. Terdapat beragam penjelasan tentang etimologi istilah ini. Menurut Lindblad, kata Dayak berasal dari kata daya dari bahasa Kenyah, yang berarti hulu sungai atau pedalaman. King, lebih jauh menduga-duga bahwa Dayak mungkin juga berasal dari kata aja, sebuah kata dari bahasa Melayu yang berarti asli atau pribumi. Dia juga yakin bahwa kata itu mungkin berasal dari sebuah istilah dari bahasa Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tak sesuai atau yang tak pada tempatnya.

Istilah untuk suku penduduk asli dekat Sambas dan Pontianak adalah Daya (Kanayatn: orang daya= orang darat), sedangkan di Banjarmasin disebut Biaju (bi= dari; aju= hulu). Jadi semula istilah orang Daya (orang darat) ditujukan untuk penduduk asli Kalimantan Barat yakni rumpun Bidayuh yang selanjutnya dinamakan Dayak Darat yang dibedakan dengan Dayak Laut (rumpun Iban).
Di Banjarmasin, istilah Dayak mulai digunakan dalam perjanjian Sultan Banjar dengan Hindia Belanda tahun 1826, untuk menggantikan istilah Biaju Besar (daerah sungai Kahayan) dan Biaju Kecil (daerah sungai Kapuas Murung) yang masing-masing diganti menjadi Dayak Besar dan Dayak Kecil, selanjutnya oleh pihak kolonial Belanda hanya kedua daerah inilah yang kemudian secara administratif disebut Tanah Dayak. Sejak masa itulah istilah Dayak juga ditujukan untuk rumpun Ngaju-Ot Danum atau rumpun Barito. Selanjutnya istilah “Dayak” dipakai meluas yang secara kolektif merujuk kepada suku-suku penduduk asli setempat yang berbeda-beda bahasanya, khususnya non-Muslim atau non-Melayu.

Pada akhir abad ke-19 (pasca Perdamaian Tumbang Anoi) istilah Dayak dipakai dalam konteks kependudukan penguasa kolonial yang mengambil alih kedaulatan suku-suku yang tinggal di daerah-daerah pedalaman Kalimantan. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Timur, Dr. August Kaderland, seorang ilmuwan Belanda, adalah orang yang pertama kali mempergunakan istilah Dayak dalam pengertian di atas pada tahun 1895. (sumber:Wikipedia.com)

Arti kata DAYAK
Arti dari kata ‘Dayak’ itu sendiri masih bisa diperdebatkan. Commans (1987), misalnya, menulis bahwa menurut sebagian pengarang, ‘Dayak’ berarti manusia, sementara pengarang lainnya menyatakan bahwa kata itu berarti pedalaman. Commans mengatakan bahwa arti yang paling tepat adalah orang yang tinggal di hulu sungai. Dengan nama serupa, Lahajir et al. melaporkan bahwa orang-orang Iban menggunakan istilah Dayak dengan arti manusia, sementara orang-orang Tunjung dan Benuaq mengartikannya sebagai hulu sungai. Mereka juga menyatakan bahwa sebagian orang mengklaim bahwa istilah Dayak menunjuk pada karakteristik personal tertentu yang diakui oleh orang-orang Kalimantan, yaitu kuat, gagah, berani dan ulet. Lahajir et al. mencatat bahwa setidaknya ada empat istilah untuk penuduk asli Kalimantan dalam literatur, yaitu Daya, Dyak, Daya, dan Dayak. Penduduk asli itu sendiri pada umumnya tidak mengenal istilah-istilah ini, akan tetapi orang-orang di luar lingkup merekalah yang menyebut mereka sebagai ‘Dayak’. (sumber:Wikipedia.com)

Koreksi dari Istilah dan Arti Kata Dayak diatas berdasarkan realita di lapangan:1.Didalam masyarakat kalimantan pada umumnya, Istilah dayak ditujukan kepada semua orang yang lahir dari keturunan nenek moyang dayak, bukan berdasarkan Agama yang dianutnya. 2. Istilah Dayak tidak diperuntukan kepada Suku Banjar, karena Suku Banjar tidaklah masuk dalam kategori rumpun dayak. 3. Didalam masyarakat dayak malaysia, orang Dayak yang non Muslim juga disebut sebagai Orang Dayak atau suku dayak apabila masih keturunan Dayak. 4. Arti kata Dayak memang masih diperdebatkan, karena masyarakat luar mengartikan dayak dengan artian yang berbeda-beda, dan masyarakat dayak mengartikan kata dayak jugan berbeda-beda, lebih cenderung berdasarkan dengan cerita leluhur mereka masing-masing.
Kesimpulannya
Secara teoritis istilah dan arti kata Dayak, istilah dayak adalah sebutan masyarakat luar kepada penduduk asli kalimantan yang mayoritas berada di pedalaman kalimantan dengan sebutan Dayak, sedangkan arti kata Dayak diartikan sebagai masyarakat pedalaman, masyarakat/orang hulu sungai, namun ini masih bisa diperdebatkan. Secara teoritis istilah dan pengartian Dayak diatas berdasarkan sudut pandang Religius dan secara geogafis serta perilaku sosial.

Rumpun Suku Dayak
Rumpun Suku Dayak adalah kelompok-kelompok besar suku dayak yang terdiri dari puluhan bahkan ratusan sub-sub didalam satu ruppun Dayak.
Suku dayak di kalimantan terdiri dari 7 rumpun yaitu: Dayak Ngaju (Biaju), Dayak Apo Kayan, Dayak Iban/Dayak Laut, Dayak Klemantan/Dayak Darat, Dayak Murut, Dayak Punan, dan Dayak Ot Danum.
Berikut penjeasan dari rumpun dayak di kalimantan, seperti dikutip dari hipwee.com,

1. Dayak Ngaju (Biaju)
Dayak Ngaju (Biaju) merupakan Dayak yang bermukim di daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan atau di daerah Kalimatan Tengah, Kalimatan Selatan, serta Kalimantan Barat bagian selatan. Dayak Ngaju memiliki sub-suku Ngaju, Bakumpai, Katingan, Meratus, Tomun, dll.
Ciri khas dari Dayak Ngaju adalah agama kaharingan yang masih dianut oleh sebagian suku Ngaju, serta upacara Tiwah, atau upacara mengantarkan roh leluhur. Untuk pakaian adat, Dayak Ngaju biasanya menggunakan warna merah sebagai warna dominan, kain atau rompi dari kulit kayu, serta menggunakan bulu burung enggang dan ruai sebagai hiasan kepala.

2. Dayak Apo Kayan
Dayak Apo Kayan mungkin merupakan Sub-suku Dayak yang paling sering dilihat dan gaya berpakaiannya sudah dikenali oleh Kaskuser. Dayak Apo Kayan merupakan suku Dayak yang berasal dari Hulu sungai Kayan dan dataran tinggi Usun Apau, Baram, Sarawak. Saat ini Dayak Apo Kayan menyebar di daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat bagian utara, dan Sarawak, Malaysia. Sub-suku yang termasuk dalam rumpun Apo Kayan adalah Kayan, Kenyah, Bahau, Kelabit, dll. Di Malaysia, Dayak Apo Kayan dikenal dengan sebutan Orang Ulu.
Ciri khas dari Dayak Apo Kayan adalah telinga panjang, serta tato di sekujur tubuh yang menandakan status sosial di masyarakat. Pakaian adat Dayak Apo Kayan biasanya di dominasi oleh warna Hitam, Putih, dan Kuning. Serta dapat ditemukan berbagai hiasan manik-manik dan hiasan bulu enggang.

3. Dayak Iban/ Dayak Laut
Dayak Iban, disebut juga Dayak Laut, merupakan rumpun dayak yang berada di daerah utara pulau Kalimantan. Dayak Iban menyebar di daerah Kalimantan Barat bagian utara, Sabah, Brunei, dan merupakan penduduk mayoritas yang ada di Sarawak. Dari segi bahasa Dayak Iban memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu dan merupakan salah satu sub-suku Dayak yang memiliki aksara sendiri. Adapun sub-suku dari Dayak Iban adalah Mualang, Seberuang, Melanau, dll.

4. Dayak Klemantan/ Dayak Darat
Dayak Klemantan atau disebut juga Dayak Darat mendiami daerah barat pulau Kalimantan. Rumput dayak ini tersebar di hulu-hulu sungai yang ada di Kalimantan Barat dan Sarawak, Malaysia. Dayak Darat di Malaysia dikenal dengan nama orang Bidayuh. Sub-suku dari Dayak Darat adalah Kanayatn, Bidayuh, Ketungau, Toba', dll.

5. Dayak Murut
Darat Murut merupakan rumpun Dayak yang berasal dari derah utara dataran tinggi pulau Kalimantan. Dayak Murut tersebar di daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sabah, Sarawak, dan Brunei. Adapun sub-suku dari Dayak Murut adalah Okolod, Keningau Murut, Paluan, dll.
Dayak Murut memiliki tarian yang terkenal yaitu tarian Mangunatip. Perkataan Magunatip diambil daripada perkataan "atip" yang bermaksud menekan antara dua permukaan. Penari magunatip memerlukan kemahiran dan ketangkasan yang baik untuk menari melintasi buluh yang dipukul serentak untuk menghasilkan bunyi dan irama tarian tersebut.

6. Dayak Punan
Dayak Punan merupakan rumpun yang mendiami daerah Kalimantan Timur, Kalimatan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Malaysia. Dayak Punan memiliki sub-suku Hovongan, Penan, Uheng Kareho, Punan Murung, Bukat, dll.
Masyarakat Dayak Punan dikenal dari pola hidup yang nomaden atau berpindah-pindah, hal ini berbeda dengan kebanyakan suku Dayak lain yang memiliki rumah panjang sebagai tempat tinggal. Saat ini kebanyakan dari sub-suku Dayak Punan telah menetap dan membuat komunitas di suatu desa yang tersebar di berbagai daerah.

7. Dayak Ot Danum
Rumpun Ot Danum atau Rumpun Barito adalah salah satu rumpun Dayak yang meliputi hampir seluruh suku Dayak di Kalimantan Tengah,Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur bagian selatan dan Kalimantan Barat bagian tenggara. Ada yang berpendapat bahwa kelompok Dayak Rumpun Ot Danum merupakan induk bagi Rumpun Dayak Ngaju, namun terkadang kedua rumpun dipisahkan. Sub-suku dari Dayak Ot Danum adalah Ma'anyan, Tunjung, Benuaq, Lebang, Undan, dll.
Ciri khas dari Dayak Ot Danum adalah pada beberapa upacara penting, seperti upacara kematian, Dayak Ot Danum menggunakan kerbau sebagai binatang yang dikurbankan selain babi. Di dalam upacara tradisional tersebut, para dukun biasanya menggunakan gelang logam dan kalung dengan berbagai ornamen kayu, manik, tulang, dsb.

Pakaian tradisional Dayak memiliki variasi warna beragam, termasuk ikat kepala dan ada beberapa sub-suku Dayak Ot Danum yang juga menggunakan daun kelapa sebagai hiasan (maanyan). Alat musik tradisionalnya adalah Gong, Gendang, dan Kollatung.

Sub-Sub Suku Dayak Kalimantan
Suku dayak dikalimantan sangat banyak, terlepas dari rumpun-rumpun besar suku dayak diatas, sub-sub suku dayak ini merupakan bagian dari rumpun dayak diatas, didalam satu rumpun-rumpun dayak terdiri dari begitu banyak sub-sub sukunya yang berbeda namun hampir sama, menurut J. U. Lontaan, 1975, suku dayak terdiri dari 6 suku besar dan sub-sub suku dayak terdiri lebih dari 405 sub suku, didalam sub suku dayak dikalimantan memiliki adat dan istiadat yang mirip. Namun sampai sekarang, belum ada kepastian berapa jumlah suku dayak di kalimantan, diperkirakan masih ada suku dayak yang belum masuk dalam hitungan J.U.Loantaan.

berikut adalah nama-nama dari sub suku dayak yang ada di kalimantan Barat, namun daftar ini bukan berdasarkan sub dari rumpun dayak, melainkan daftar seluruh suku dayak yang tersebar di pulau kalimantan barat, dan kami tidak menjamin keakuratan data tersebut, karena data ini kami peroleh dari referensi internet, namun bisa dijadikan gambaran atau acuan anda.

Suku Dayak Kalimantan Barat merupakan orang-orang asli yang tinggal di Pulau Kalimantan khususnya daerah provinsi kalimantan barat. Dari sekian banyak suku yang ada, Suku Dayak merupakan salah satu suku tertua yang ada di Indonesia. Suku Dayak tergolong masyarakat adat yang menjunjung tinggi warisan dan kearifan tradisionalnya secara berkelanjutan.
suku dayak kalimantan barat

Suku Dayak yang berada diwilayah provinsi kalimantan barat terbagi menjadi beberapa sub-suku berikut ini:
1. Angan                     
2. Badat                   
3. Bakati’
4. Balantiatn                
5. Banyadu’                
6. Banyuke
7. Barai                     
8. Batu Entawa             
9. Baya
10. Beginci                 
11. Behe                   
12. Benawas
13. Bi Somu                 
14. Bihak                  
15. Bubung
16. Bugau                   
17. Buket                  
18. Bukit-Talaga
19. Butok                   
20. Dait                   
21. Daro
22. Desa                    
23. De’sa                  
24. Dosatn
25. Ella                     
26. Ensilat                
27. Entabang
28. Gerai                   
29. Gerunggang             
30. Golik
31. Goneh                   
32. Gun                    
33. Hibun
34. Iban                    
35. Inggar Silat           
36. Jagoi
37. Jalai                   
38. Jangkang               
39. Jawatn
40. Joka’                   
41. Kalis                  
42. Kanayatn
43. Kancinkng               
44. Kantu’                 
45. Kayaan
46. Kayan                   
47. Kayong                  
48. Kebahan
49. Keluas                  
50. Kendawangan            
51. Keneles
52. Keninjal                
53. Kenyilu                
54. Kepuas
55. Kerabat                  
56. Keramay                
57. Ketior
58. Ketungau                
59. Ketungau Sesae'        
60. Kodatn
61. Koman                   
62. Konyeh                 
63. Kowotn
64. Krio                    
65. Kubitn                 
66. Lamantawa
67. Lau’                    
68. Laur                   
69. Laya
70. Lebang                  
71. Lemandau               
72. Liboy
73. Limbai                  
74. Linoh                  
75. Mahap
76. Mali                    
77. Mayan                  
78. Mayau
79. Melahoi                 
80. Mentebah               
81. Menterap Kabut
82. Menterap Sekado
83. Mentuka’               
84. Mualang
85. Muara                   
86. Mudu’                  
87. Nahaya’
88. Nanga                   
89. Nyadupm                
90. Oruung Da’an
91. Panu                    
92. Pangin                 
93. Pantu
94. Papak                   
95. Paus                   
96. Pawatn
97. Paya’                   
98. Pesaguan               
99. Pompakng
100. Pruna’
101. Pruwan                
102. Punan
103. Punti                 
104. Randu’                
105. Ransa
106. Rantawan              
107. Rembay                 
108. Salako
109. Sami                  
110. Sane                  
111. Sangku’
112. Sapatoi               
113. Sawai / Sawe          
114. Sebaru’
115. Seberuang              
116. Sekajang              
117. Sekapat
118. Sekubang              
119. Sekujam               
120. Selawe
121. Selibong              
122. Senagkatn             
123. Sengkunang
124. Seritok               
125. Sikukng               
126. Silatn Muntak
127. Simpakng              
128. Sisang                
129. Sontas
130. Suaid                 
131. Sum                   
132. Suru’
133. Suruh                 
134. Suti                  
135. Taba
136. Tadietn               
137. Tamambalo             
138. Taman
139. Taman Sekado          
140. Tameng                
141. Tawaeq
142. Tayap                  
143. Tebang                
144. Tebidah
145. Tengon                
146. Tinying               
147. Tobak
148. Tola’                 
149. Ulu Sekadau           
150. Undau
151. Uud Danum

mungkin masih ada suku dayak yang belum masuk daftar ini, mengingat memang suku dayak di borneo memang-memang sangat banyak.
semoga bermanfaat. :)
sumber: http://penulisopini.blogspot.com/2013/01/dayak-kalimantan-barat.html